PEMATANG SIANTAR – Tepat 100 hari menjabat sebagai Wali Kota Pematangsiantar, Wesly Silalahi justru menghadapi gelombang kritik dari berbagai kalangan. Alih-alih mendapat apresiasi, kinerjanya menuai sorotan tajam, mulai dari insiden kemanusiaan hingga dugaan pernyataan kontroversial terhadap atlet daerah.
Kritik pertama muncul setelah beredarnya video viral yang memperlihatkan petugas Satpol PP Kota Pematangsiantar menggiring paksa seorang pengamen tunanetra. Dalam video tersebut, tongkat milik pengamen itu terlepas dari tangannya. Aksi itu menuai kecaman publik karena dianggap tidak manusiawi dan mencederai hak-hak penyandang disabilitas.
Tak berhenti di situ, suara kekecewaan juga datang dari atlet MMA nasional, Ronald Siahaan. Ronald mengaku tersinggung dengan pernyataan Wesly Silalahi yang dianggap meremehkan perjuangan atlet. “Tak ada uang jadi atlet,” ucap Ronald, menirukan kalimat yang disebut diucapkan Wesly kepada seorang juniornya. Ucapan itu dinilai menyakitkan bagi para atlet yang berjuang mengharumkan nama daerah.
Selain itu, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Siantar-Simalungun turut menilai bahwa 100 hari pertama pemerintahan Wesly-Herlina minim terobosan. Mereka menyoroti berbagai persoalan yang belum tertangani, mulai dari tumpukan sampah di berbagai sudut kota, tata ruang yang semrawut, hingga nasib pedagang Pasar Horas yang belum mendapatkan kejelasan.
“Jika ingin membangun kota, mulai dari keberpihakan pada rakyat kecil, bukan malah mencederai martabat mereka,” tegas Ketua GMKI Siantar-Simalungun, Yova Purba.
Hingga kini, Wali Kota Wesly Silalahi belum memberikan klarifikasi resmi atas berbagai kritik tersebut. Warga Pematangsiantar menantikan langkah konkret dari pemerintah kota untuk membuktikan komitmen mereka dalam membangun kota secara adil dan berkeadilan. (Abednego Manalu)