SIMALUNGUN – Komunitas Adat Dolok Parmonangan menggelar misa pada Minggu (18/5) yang dipimpin oleh Pastor Sirilius Manalu dari Nagahuta, Pematangsiantar. Ibadah ini berlangsung khidmat dan penuh semangat, dihadiri oleh orang tua, pemuda, hingga anak-anak dari komunitas.
Kehadiran Pastor Sirilius Manalu disambut hangat oleh warga. Sebelumnya, ia juga telah melayani misa di Komunitas Sihaporas. Kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan perhatian terhadap kondisi komunitas Dolok Parmonangan yang tengah menghadapi intimidasi dari PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Pastor Sirilius menyampaikan bahwa kunjungannya adalah bagian dari panggilan gereja untuk melindungi umat yang sedang berjuang mempertahankan tanah dan lingkungan hidup mereka.
“Sudah menjadi tugas kepastoran untuk hadir di tengah umat yang sedang mengalami tekanan, terlebih ketika mereka berjuang menjaga lingkungan demi keberlangsungan hidup,” ujar Pastor Sirilius.
Dia juga menambahkan bahwa setelah pelayanan misa di Sihaporas, pihaknya telah mengundang perwakilan masyarakat adat Sihaporas dan Dolok Parmonangan ke Nagahuta untuk berbagi pengalaman di hadapan ratusan pastor. Dalam pertemuan tersebut, para pastor secara tegas menyuarakan seruan “Tutup TPL!” sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan masyarakat adat.
Komitmen serupa juga disampaikan oleh Pastor Ambrosius Nainggolan di tempat terpisah. Ia menegaskan bahwa sejak awal kehadiran PT Inti Indorayon Utama—yang kini berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari—di Tano Batak, Gereja Katolik telah secara konsisten menolak kehadiran perusahaan tersebut karena dinilai merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan hidup Masyarakat banyak “Gereja Katolik sejak awal tegas menolak perusahaan perusak lingkungan seperti TPL, dan kami berkomitmen untuk terus berdiri bersama rakyat dalam perjuangan ini,” tegas Pastor Ambrosius.
Isu penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL) kini tengah menjadi sorotan dan ramai diperbincangkan di Sumatera Utara. Gelombang penolakan terhadap perusahaan ini semakin meluas setelah sejumlah pimpinan gereja dari berbagai denominasi menyatakan sikap tegas menolak kehadiran TPL yang dinilai merusak lingkungan di Tano Batak. Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) baru-baru ini mengatakan bahwa sedang merencanakan pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia dalam waktu dekat untuk membahas konflik dengan perusahaan tersebut. Tak hanya dari kalangan gereja, penolakan juga disuarakan oleh para tokoh politik, menandakan bahwa desakan untuk menutup TPL telah menjadi isu bersama secara nasional.
Ketua Komunitas Dolok Parmonangan, Sorbatua Siallagan, mengungkapkan rasa syukur atas dukungan tersebut. Menurutnya, kehadiran Pastor Sirilius dan rekan-rekannya menjadi penyemangat bagi komunitas.
“Saya sangat bersyukur dan terharu atas kedatangan Pastor Sirilius Manalu dan rekan-rekan yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan memimpin misa di tengah-tengah kami. Kehadiran mereka bukan hanya memberikan kekuatan rohani, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa perjuangan kami mempertahankan tanah dan lingkungan hidup mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari gereja. Ini menambah semangat kami untuk terus bertahan, karena kami merasa tidak lagi berjuang sendirian,” ungkap Sorbatua.
Komunitas Dolok Parmonangan hingga kini terus berjuang mempertahankan wilayah adat mereka dari ancaman perusahaan yang dianggap merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan Masyarakat Adat. Dukungan moral dan spiritual dari berbagai pihak, seperti yang ditunjukkan oleh Pastor Sirilius Manalu, menjadi kekuatan penting dalam perjuangan tersebut. (**)