Simalungun- Masyarakat adat Dolok Parmonangan di Desa Panribuan, Kecamatan Tiga Dolok, kembali menjadi korban kekerasan yang melibatkan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Insiden ini terjadi pada Senin,(02/12) sekitar pukul 09.00 WIB, berdasarkan keterangan M. Siallagan, seorang saksi dari masyarakat adat.
Menurut M. Siallagan, peristiwa bermula ketika masyarakat curiga terhadap kehadiran karyawan PT TPL yang didampingi aparat kepolisian dan TNI di wilayah hutan adat Dolok Parmonangan (Huta Utte). Mereka memutuskan untuk memeriksa lokasi tersebut, yang juga merupakan sumber air minum masyarakat.
Namun, masyarakat dihalangi oleh petugas keamanan PT TPL yang menggali akses jalan menuju lokasi dan memasang plang bertuliskan “Dilarang Masuk”. Saat mencoba mendekati area itu, masyarakat mendengar suara mesin chainsaw dan alat berat dari arah sumber air, sehingga mereka memaksa masuk. Ketegangan pun terjadi, melibatkan dorong-dorongan antara masyarakat dan petugas keamanan PT TPL.
Beberapa anggota masyarakat terpeleset ke dalam parit akibat dorong-dorongan tersebut. Salah satu dari mereka mengalami pukulan keras di kepala hingga luka robek. Selain itu, masyarakat mengaku menjadi sasaran lemparan batu dan kayu dari arah karyawan perusahaan.
Setelah berhasil memasuki lokasi sumber air, masyarakat menemukan aktivitas penebangan pohon yang dilakukan oleh PT TPL. Mereka meminta karyawan perusahaan meninggalkan lokasi tersebut. Meski berhasil mengusir mereka, masyarakat kembali dihadang saat dalam perjalanan pulang oleh puluhan karyawan PT TPL yang kembali melempari mereka dengan batu dan kayu, menyebabkan korban tambahan.
Setelah insiden itu, tiga anggota masyarakat dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Kejadian ini semakin menegaskan konflik berkepanjangan antara masyarakat adat Dolok Parmonangan dan PT TPL terkait klaim tanah adat. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak PT. TPL dan Aparat Kepolisian Setempat.
(Red)